BENIH PADI INPARI-1

PADI UNGGUL INPARI-1
Admin: Oksigen Pertanian ( THL TBPP DEPTAN )

Tahun 2008 adalah tahun dimulainya jenis padi varietas Inpari dilepas. Penamaan jenis padi mulai tahun ini disesuaikan dengan habitat hidupnya. Bila hidup di habitat persawahan dinamakan Inbrid Padi Irigasi ( Inpari )

Berikut ini adalah ciri-ciri padi Inpari 1

Kelompok

:

Nomor Seleksi

: BP23f-PN-11

Golongan

: Cere Indica

Umur tanaman

: 108 hari

Bentuk tanaman

: Tegak

Tinggi tanaman

: 93 cm

Anakan produktif

: 16 anakan

Warna kaki

: Hijau

Warna batang

: Hijau

Warna telinga daun

: Tidak berwarna

Warna lidah daun

: Tidak berwarna

Warna daun

: Hijau

Permukaan daun

: Kasar

Posisi daun

: Tegak

Daun bendera

: Tegak

Bentuk gabah

: Ramping

Warna gabah

: Kuning bersih

Kerontokan

: Sedang

Kerebahan

: Tahan rebah

Tekstur nasi

: Pulen

Kadar amilosa

: 22 %

Bobot 1000 butir

: 27 gram

Rata-rata produksi

: 7,3 t/ha GKG

Potensi hasil

: 10 t/ha GKG

Ketahanan terhadap Hama

: Tahan terhadap Wereng Batang Coklat Biotipe 2, agak tahan terhadap Wereng Coklat Biotipe 3.

Ketahanan terhadap penyakit

: Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV dan VIII.

Anjuran

: Baik ditanam pada lahan sawah dataran rendah sampai dengan ketinggian ± 500 m dpl.

Pemulia

: Bambang Kustianto, Supartopo,Soewito Tj.,Buang Abdullah,Sularjo,Aris Hairmansis,Heni Safitri dan Suwarno

Peneliti

: Atito D., Anggiani N., Santoso, Arifin K., Endang S

Teknisi

: Sail Hanafi, Sudarno, Suryono, Panca Hadi Siwi.

Di lepas tahun

: 2008

KEBUTUHAN BENIH PADI PER HEKTAR

BERAPA KEBUTUHAN BENIH PER HEKTAR
Admin: Oksigen Pertanian ( THL TBPP DEPTAN )

Bagi para petani, menghitung benih seharusnya merupakan suatu kebutuhan. Sebab dari benih inilah, proses usaha tani mereka dimulai. Untuk memudahkan perhitungan, sebetulnya pemerintah telah membuat anjuran atau rekomendasi bahwa untuk 1 ha diperlukan sekitar 25 kg benih.

Atas dasar inilah, saya akan menguraikan atau menjelaskan mengapa angka 25 kg jadi patokan.

Bila kita tanya kepada petani, ” pak, jarak tanam yang biasa bapak tanan atau yang dilakukan di daerah ini, biasanya berapa?”
” kalo di sini sih, 25 x 25 cm, pak mantri. tapi ada juga yang tanam 20 x 22 cm”
” oh gitu ya, bla-bla….”

Dari dialog singkat itu, dapat kita jadikan patokan untuk menghitung kebutuhan benih tersebut.
Dalam 1 ha itu artinya luasan 10.000 m2. Atau untuk mudahnya 1 ha itu 100 m x 100 m
100 m = 10,000 cm
Bila jarak tanam 25 x 25 cm, jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
= 10.000 cm/25cm x 10.000 cm/25cm =
= 400 x 400 = 160.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 160.000 = 480.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.
Maka
27/ 1000 x 480.000 = 12.960 g atau 12,96 kg atau kita bulatkan jadi 13 kg

Kok sedikit? bukannya rekomendasinya 25 kg?, itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.
Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhya 90 % saja maka ada 10 % yanga tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti tikus, burung, keong dll kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka.
Jadi total yang hilang 2,5 + 3,5 kg = 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 25 x 25 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (13 + 6) kg = 6 kg

Sekarang kita bahas bila jarak tanam 22 x 22 cm,
Jumlah tancep/rumpun dalam 1 ha =
= 10.000 cm/20cm x 10.000 cm/33cm
= 500 x 454 = 227.000 tancep

Kalau dalam 1 tancep ada 3 bibit saja maka jumlah rumpun ada 3 x 227.000 = 681.000 bibit
Kemudian, kita menghitung jumlah 1000 butir padi dalam gram. Biasanya, dijadikan patokan 1000 butir adalah 27 gram.
Maka
27/ 1000 x 681.000 = 18.387 g atau 18,4 kg

Jumlah benih lebih banyak. itu baru perhitungan jumlah bibit (benih) yang ada di sawah.
Bila dalam 25 kg itu, daya tumbuhnhya 90 % saja maka ada 10 % yanga tak tumbuh. Itu artinya ada 2,5 kg yang tak tumbuh. Belum lagi, ada hama seperti tikus, burung, keong dll kita perhitungkan maka bisa 3,5 kg habis dimakan mereka. Total yang hilang 6 kg.

Artinya bila petani menanam dengan jarak tanam 22 x 22 cm dalam 1 ha (25 kg) itu ada sisa benih
= 25 kg – (18,4 + 6) kg = 0,6 kg ( jarak tanam ini yang mendekati rekomendasi dari kementan )

PEMBAGIAN KELAS BENIH PADI

KLASIFIKASI BENIH atau BIBIT PADA TANAMAN PADI
Admin : Oksigen Pertanaian ( THL TBPP DEPTAN )

Saya, beberapa rekan THL dan pengurus poktan yang didaftar pernah ke Balai Besar Padi di Sukamandi, Subang. Di sana, kami melihat dan menyaksikan secara langsung proses penanaman padi yang sangat luas.

Sambil naik mobil yang disediakan gratis oleh Balai Besar, saya keliling melihat beragamnya varietas padi. Ada banyak tanda, tulisan dan varietas padi yang saya perhatikan. Dengan seksama saya perhatikan dan saya amati, mungkin ini adalah satu satu cara untuk mendapatkan jenis-jenis benih padi.

Sewaktu pulang, para ketua poktan mendapatkan benih Inpari-10 dari BB Sukamandi. Benih itu berlabel Biru. Apakah artinya ini?

Secara umum, pembagian jenis benih pada tanaman padi ada 4 jenis. Ini bisa kita sebut dengan Klasifikasi Benih Padi, antara lain :

1. Benih Penjenis (Breeder Seed). Benih varietas unggul yang dihasilkan atau diciptakan oleh para pemulia tanaman. Jumlah Benih Penjenis (BP) masih sangat murni dengan jumlah terbatas. Sehingga BP ini secara langsung mendapatkan perawatan serta pengawasan dari para pemulia. BP ini berlabel PUTIH. Supaya mudah diingat maka kita pakai kata kunci, Jenis Pertama Putih.

2. Benih Dasar (Foundation Seed). Benih Dasar ini merupakan F-1 dari BP. Benih Dasar ini masih mendapatkan perlakuan sedemikian rupa sehingga kemurnian sifat – sifat genetiknya tetap tinggi. Pengawasan penanaman dan pertanamanBD masih dilakukan langsung oleh para pemulia dan ahli perbenihan. BD ini berlabel KUNING. Supaya mudah diingat maka kita pakai kata kunci, Dasar 2 Kuning.

3. Benih Pokok (Stock Seed). Benih Pokok ini merupakan F-1 dari BD . BD ini diperbanyak dengan sebaik-baiknya supaya dapat dijaga tingkat kemurnian genetiknya. Benih Pokok ini berlabel UNGU. Supaya mudah diingat maka kita pakai kata kunci, Pokoknya Ungu ke-3.

4. Benih Berlabel (Extension Seed). Benih ini merupakan F-1 dari BPk (Benih Pokok). atau kadang terjadi BB ini perbanyakan langsung dari Benih Dasar. Biasanya BB inilah yang disebarkan kepada konsumen atau dibagikan pada para petani dalam rangka mensosialisasikan suatu benih bermutu. BB ini berlabel BIRU. Supaya mudah diingat maka kita pakai kata kunci, Label Biru.

Dengan mengetahui klasifikasi ini, maka benih yang didapat para poktan itu adalah Benih Sebar. Benih Sebar inilah yang akan ditanam petani untuk dijadikan benih lagi beberapa musim.

BENIH PADI DI INDONESIA

BENIH HIBRIDA : NGA TAHAN MANG
Admin: Oksigen Pertanian ( THL TBPP DEPTAN )

Belum lama saya baca artikel di AGRINA – INSPIRASI AGRIBISNIS ( baca : Siap Menguji Varietas Baru 03 January 2011 ). Inti tulisan mengajak masyarakat memakai benih hibrida untuk tanaman padi. Alasannya benih hibrida bisa menghasilkan 8 ton GKG,

Isi tulisannya saya ambil yang penting saja,
“Kendati pangsa pasarnya masih kecil, benih hibrida berpotensi menyokong peningkatan produksi padi nasional. Varietas baru pun bermunculan. Di bagian lain, ditulis seperti ini, benih hibrida memiliki keunggulan tersendiri dari segi produktivitas, efisiensi penggunaan benih, umur yang genjah, umur tanam pendek, dan kemampuan mengendalikan hama dan penyakit. Dengan kelebihan inilah benih hibrida sanggup meningkatkan produksi padi nasional jika penggunaannya ditingkatkan”.

“Sejauh ini, dengan pemakaian benih hibrida sekitar 15 kg per ha, bisa menghasilkan gabah kering giling (GKG) sekitar 8 ton. Sementara itu dengan penggunaan benih inbrida 30 kg per ha, bisa menghasilkan GKG 5 ton”.

“Benih hibrida unggul hasil rakitan BB Padi, di antaranya Inpari 1 hingga Inpari 13, Inpago, dan Inpara. Saat ini, varietas Inpari 13 sedang diminati petani. “Sekarang, itu (Inpari 13) yang paling tahan penyakit, umurnya sangat genjah, bisa dipanen kira-kira umur 105 atau 104 hari,” ujar Aan Andang Darajat, Peneliti Utama Pemuliaan Tanaman di BB Padi”.

Untung penulis tulisan di atas mencantumkan harga benih hibrida. ” Penggunaan benih nonhibrida yang sangat mendominasi itu karena harganya yang murah, rata-rata Rp5.000 per kg, dan petani bisa pula menghasilkan benih baru. Ini berbeda dengan benih hibrida yang dijual dengan harga rata-rata Rp50 ribu per kg”.

Setelah membaca tulisan tersebut, saya cengar-cengir saja. Dasar tukang jualan, bahasa kerennya bagian marketing. Ya jelaslah, bila jualannya BENIH HIBRIDA maka artikel tentang kelebihan benih hibrida yang akan diobral.

Saya akan memberikan beberapa tanggapan pada artikel di atas.

Pertama, masalah harga
Bila penggunaan benih hibrida 15 kg per hektar maka untuk pembelian benih saja akan menyedot modal sebesar 15 x @ 50 ribu = 750 RIBU. Coba bandingkan bila harga benih unggul biasa yang 5 ribu perak x 15 kg = 75 ribu. Itu berarti HARGANYA 10 KALI LIPAT. Dan ada selisih 675 ribu. Nga tahan , Mang.

Kedua, efesiensi penggunaan benih
Bila para petani mengetahui cara menghitung benih dan cara membuat persemaian yang bagus maka penggunaan benih unggul lokal akan bisa dihemat. Bukan hanya benih hibrida yang bisa dihemat. Jadi bukan karena benihnya tetapi karena kemampuan para petani yang bisa membuat hemat.

Ketiga, Benih Inpari 1-13 dikatakan benih hibrida.
Padahal sepengetahuan saya, benih tersebut benih non hibrida. Saya pernah ke Balai Besar Padi, kebetulan di sana pas ada acara yang menggelar berbagai pameran. Salah satu yang diperlihatkan adalah jenis varietas padi Inpari, Inpara, Inpago dan Situpatenggang. Varietas yang sudah hampir setahun dluncurkan adalah varietas unggul lokal. Jadi bukan jenis varietas hibrida.

Keempat, kemampuan produksi
Ada beberapa jenis varietas unggul lokal yang bisa menghasilkan produksi tinggi. Varietas Ciherang, Inpari 1-13, situpatenggang bisa menghasilkan produksi di atas 8 ton GKG per hektar. Bahkan untuk jenis Inpari terbaru bisa menghasilkan 9,5 ton GKG per hektar.

Kelima, umur yang genjah dan tanaman pendek
Ternyata bukan benih hibrida saja yang bisa menjadikan tanaman padi menjadi umurnya genjah. Varietas-varietas terbaru yang dikeluarkan pemerintah umurnya banyak yang genjah. Inpari-13 umurnya 103 hari, Bahkan untuk inpari-11 umurnya bisa di bawah 100 hari. Dari segi tinggi tanaman pun, varietas-varietas tersebut umumnya tidak tinggi.

Keenam, benih hibrida boros pupuk
Bila pemerintah membuat rekomendasi dosis pupuk untuk tanaman padi sebanyak 250 kg urea, 100 kg Sp-36 dan 75 kg KCl atau setara 300 kg NPK Kujang + 150 NPK Ponska atau 300 kg NPK Ponska + 150 kg Urea. Petani masih jauh menggunakan rekomendasi tersebut.
Apalagi bila menggunakan benih hibrida yang kemampuan menggunakan pupuk jauh lebih besar lagi. Atau bahasa kasarnya, benih hibrida rakus pupuk. Kalau minimal keborosan pupuk bisa 1,5 x saja dari varietas biasa maka berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan para petani bila mengunakan benih hibrida. Bisa-bisa untuk pupuk saja sampai 1,5 juta.

Dari hitungan kasar saja, untuk benih dan pupuk saja yang harus dikeluarkan petani bisa 2,25 juta ( benih 750 ribu + pupuk 1,5 juta )

SEJARAH BENIH PADI DI INDONESIA

BENIH PADI DARI WAKTU KE WAKTU
Admin : Oksigen Pertanaian ( THL TBPP DEPTAN )

Sekitar tahun 1943, keluarlah SK benih bermutu yang bernama Bengawan. Umur padi bengawan ini sekitar 155-160 hari, umurnya di atas 5 bulan. Untuk tingginya, tanaman ini berkisar 145-165 cm. Potensi hasil belum diketahui pasti.

Untuk tahun 1960an, varietas yang dihasilkan salah satunya adalah PB5. Dilepas pemerintah pada tahun 1967. Umur padi ini berkisar antara 135-145 hari. Sedangkan mengenai tingginya 100-130 cm. Untuk hasil produksinya sekitar 4,5-5,5 ton/ha gkg.

Tahun 1978, salah satu benih bermutu yang keluar adalah Berantas. Umur varietas ini 125-130 hari dengan tinggi 105-110 cm. Varietas ini mempunyai potensi hasil 4,0 – 4,5 ton / ha gabah kering.

Sekitar tahun 1980an, tepatnya sekitar tahun 1986, keluarlah varietas unggul padi yang terkenal sampai sekarang yaitu IR64. Umur tanaman ini lebih genjah dari varietas-varietas sebelumnya, yaitu sekitar 121 hari. Tinggi tanamannya cuma 101 cm. Rata-rata dan potensi hasilnya sekitar 5-6 ton/ha gkg.

Pada awal tahun 2000 ini, varietas yang terkenal dikeluarkan adalah varietas ciherang.  Varietas ini begitu dikenal petani, sampai suatu masa ada sekitar 47 % petani kita menggunakan varietas ini. Umur varietas ini 116-125 hari dengan tinggi tanaman 107-115 hari. Untuk potensi hasilnya juga makin meningkat yaitu sekitar 5-8,5 ton/ha gkg.

Sekitar tahun 2008, muncullah benih padi dengan nama Inpari. Benih unggul Inpari ini sampai tahun 2011 sudah ada 20 varietas, dari Inpari 1-20. Dengan keunggulan yang lebih baik dari varietas sebelumnya.

Dilihat dari keluarnya benih unggul padi dari masa ke masa, terlihat dari umur padi yang tadinya mencapai 155-160 hari bisa mencapai 100 hari. Demikian pula dengan tinggi tanaman, di tahun 1940an ada tanaman yang tingginya 145-165 dengan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang tinggi tanaman ini bisa mencapai rata-rata 100 cm. Bahkan untuk inpari 1 tingginya mencapai 93 cm.

Untuk umur tanaman dan tinggi tanaman semakin berkurang, tapi untuk hasil kebalikannya. Hasil panen dari tahun ke tahun harus semakin meningkat.

Ada sebuah pertanyaan, apakah 10 tahun kedepan ada benih unggul yang berumur 90 hari dengan potensi hasil mencapai 12 ton/ha gkg? bisa saja. Waktulah yang akan menyingkapnya.

Referensi : BB padi

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.