BENIH HIBRIDA : NGA TAHAN MANG
Admin: Oksigen Pertanian ( THL TBPP DEPTAN )
Belum lama saya baca artikel di AGRINA – INSPIRASI AGRIBISNIS ( baca : Siap Menguji Varietas Baru 03 January 2011 ). Inti tulisan mengajak masyarakat memakai benih hibrida untuk tanaman padi. Alasannya benih hibrida bisa menghasilkan 8 ton GKG,
Isi tulisannya saya ambil yang penting saja,
“Kendati pangsa pasarnya masih kecil, benih hibrida berpotensi menyokong peningkatan produksi padi nasional. Varietas baru pun bermunculan. Di bagian lain, ditulis seperti ini, benih hibrida memiliki keunggulan tersendiri dari segi produktivitas, efisiensi penggunaan benih, umur yang genjah, umur tanam pendek, dan kemampuan mengendalikan hama dan penyakit. Dengan kelebihan inilah benih hibrida sanggup meningkatkan produksi padi nasional jika penggunaannya ditingkatkan”.
“Sejauh ini, dengan pemakaian benih hibrida sekitar 15 kg per ha, bisa menghasilkan gabah kering giling (GKG) sekitar 8 ton. Sementara itu dengan penggunaan benih inbrida 30 kg per ha, bisa menghasilkan GKG 5 ton”.
“Benih hibrida unggul hasil rakitan BB Padi, di antaranya Inpari 1 hingga Inpari 13, Inpago, dan Inpara. Saat ini, varietas Inpari 13 sedang diminati petani. “Sekarang, itu (Inpari 13) yang paling tahan penyakit, umurnya sangat genjah, bisa dipanen kira-kira umur 105 atau 104 hari,” ujar Aan Andang Darajat, Peneliti Utama Pemuliaan Tanaman di BB Padi”.
Untung penulis tulisan di atas mencantumkan harga benih hibrida. ” Penggunaan benih nonhibrida yang sangat mendominasi itu karena harganya yang murah, rata-rata Rp5.000 per kg, dan petani bisa pula menghasilkan benih baru. Ini berbeda dengan benih hibrida yang dijual dengan harga rata-rata Rp50 ribu per kg”.
Setelah membaca tulisan tersebut, saya cengar-cengir saja. Dasar tukang jualan, bahasa kerennya bagian marketing. Ya jelaslah, bila jualannya BENIH HIBRIDA maka artikel tentang kelebihan benih hibrida yang akan diobral.
Saya akan memberikan beberapa tanggapan pada artikel di atas.
Pertama, masalah harga
Bila penggunaan benih hibrida 15 kg per hektar maka untuk pembelian benih saja akan menyedot modal sebesar 15 x @ 50 ribu = 750 RIBU. Coba bandingkan bila harga benih unggul biasa yang 5 ribu perak x 15 kg = 75 ribu. Itu berarti HARGANYA 10 KALI LIPAT. Dan ada selisih 675 ribu. Nga tahan , Mang.
Kedua, efesiensi penggunaan benih
Bila para petani mengetahui cara menghitung benih dan cara membuat persemaian yang bagus maka penggunaan benih unggul lokal akan bisa dihemat. Bukan hanya benih hibrida yang bisa dihemat. Jadi bukan karena benihnya tetapi karena kemampuan para petani yang bisa membuat hemat.
Ketiga, Benih Inpari 1-13 dikatakan benih hibrida.
Padahal sepengetahuan saya, benih tersebut benih non hibrida. Saya pernah ke Balai Besar Padi, kebetulan di sana pas ada acara yang menggelar berbagai pameran. Salah satu yang diperlihatkan adalah jenis varietas padi Inpari, Inpara, Inpago dan Situpatenggang. Varietas yang sudah hampir setahun dluncurkan adalah varietas unggul lokal. Jadi bukan jenis varietas hibrida.
Keempat, kemampuan produksi
Ada beberapa jenis varietas unggul lokal yang bisa menghasilkan produksi tinggi. Varietas Ciherang, Inpari 1-13, situpatenggang bisa menghasilkan produksi di atas 8 ton GKG per hektar. Bahkan untuk jenis Inpari terbaru bisa menghasilkan 9,5 ton GKG per hektar.
Kelima, umur yang genjah dan tanaman pendek
Ternyata bukan benih hibrida saja yang bisa menjadikan tanaman padi menjadi umurnya genjah. Varietas-varietas terbaru yang dikeluarkan pemerintah umurnya banyak yang genjah. Inpari-13 umurnya 103 hari, Bahkan untuk inpari-11 umurnya bisa di bawah 100 hari. Dari segi tinggi tanaman pun, varietas-varietas tersebut umumnya tidak tinggi.
Keenam, benih hibrida boros pupuk
Bila pemerintah membuat rekomendasi dosis pupuk untuk tanaman padi sebanyak 250 kg urea, 100 kg Sp-36 dan 75 kg KCl atau setara 300 kg NPK Kujang + 150 NPK Ponska atau 300 kg NPK Ponska + 150 kg Urea. Petani masih jauh menggunakan rekomendasi tersebut.
Apalagi bila menggunakan benih hibrida yang kemampuan menggunakan pupuk jauh lebih besar lagi. Atau bahasa kasarnya, benih hibrida rakus pupuk. Kalau minimal keborosan pupuk bisa 1,5 x saja dari varietas biasa maka berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan para petani bila mengunakan benih hibrida. Bisa-bisa untuk pupuk saja sampai 1,5 juta.
Dari hitungan kasar saja, untuk benih dan pupuk saja yang harus dikeluarkan petani bisa 2,25 juta ( benih 750 ribu + pupuk 1,5 juta )
Filed under: BENIH PADI, PERTANIAN UMUM | Leave a comment »